Tips Mempercepat Loading Form Komentar Blog it's in me: "MENDIDIK ANAK"

Kamis, 10 Mei 2012

"MENDIDIK ANAK"





Cara Nabi Mendidik Anak
(Manhaj Tarbiyah Nabawiyah Lith Thifli)
karya Ir. Muhammad Ibnu Abdul hafidh suwaid
Saya begitu tertarik untuk membuat resume buku ini, karena subhanallah buku ini sangat istimewa; komprehensif, mencakup semua aspek yang diperlukan anak; ilmiah, karena berdasarkan dalil-dalil yang nyata, dan aplikatif, karena disertai contoh-contoh nyata dari kehidupan shalafus shalih. Sayang sekali jika orang tua dan kalangan pendidik melewatkannya. Tentu saja akan lebih afdhol jika Anda membacanya langsung. Tetapi buat yang belum sempat, penting sekali menyimak resumenya terlebih dahulu. So, selamat menikmati…..

BAGIAN I Persiapan Menjadi Orang Tua dan Pendidik yang Sukses
Bab I : Pengantar Umum Untuk Orang Tua
“Anak adalah amanah Allah kepada orang tua,” tutur Al-Ghazali dalam Ihyanya. Hatinya masih suci bagaikan tambang asli yang masih bersih dari segala corak dan warna. Ia siap dibentuk untuk dijadikan apa saja tergantung keinginan pembentuknya. Jika dibiasakan dan dibina untuk menjadi baik maka ia akan menjadi baik. Kedua orang tua, para guru dan pendidiknya pun akan menuai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, bila dibiasakan terhadap keburukan dan diabaikan pembinaannya laksana binatang ternak, maka buruklah jadinya dan ia pun akan merugi . Orang tua dan para pendidikpun akan menganggung dosanya.
Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak yang baru dilahirkan itu lahir dengan membawa fitrah. Orangtuanyalah yang menjadikan Yahudi, Majusi atau Nasrani.”
Rasulullah SAW telah meletakkan kaidah dasar yang intinya bahwa seorang anak akan tumbuh dewasa sesuai dengan agama orang tuanya.
Tanggung Jawab Pendidikan
Rasulullah SAW membebankan tanggung jawab pendidikan anak itu sepenuhnya di pundak orang tua. Dari Ibnu Umar Rasulullah SAW bersabda :
“Masing-masing kalian adalah pemimpin. Masing-masing akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Kepala negara adalah pemimpin yang akan dimintai petanggungjawabannya terhadap kepemimpinanannya, seorang lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya, begitu pula pelayan adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya . Masing-masing kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya. “ (Muttafaq ‘Alaih)
Allah SWT berfirman : “Wahai Orang-oarang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (yang) bahan bakarnya adalah manusia dan batu; dijaga oleh malaikat yang keras dan kasar, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan.” (Q. S. At-tahrim:6)
Berusaha menikah dengan wanita shalihah berjiwa pendidik
Faktor penentu terhadap keberhasilan pendidikan anak adalah adanya seorang ibu shalihah yang memahami peran dan tugasnya, serta mampu menjalankannya dengan sempurna. Inilah pilar utama dalam pendidikan anak.
Sebaik-baik pertimbangan menikahi wanita adalah karena keberagamaan, keshalihan, ketakwaan dan kepatuhannya kepada Allah.
“Rasulullah SAW bersabda : “Pilihlah umtuk (meletakkan) benih (keturunanmu) pada tempat yang baik (shalihah).! (dari Aisyah diriwayatkan oleh Daruquthni).
Suami juga harus memperhatikan pengetahuan yang dimiliki isterinya agar mengatur rumah dan mendidik anak dengan baik.
Rasulullah SAW memuji wanita-wanita Quraisy karena sifat mereka yang penyayang terhadap anak-anak mereka dan perhatian terhadap suami mereka, “Sebaik-baik wanita penunggang onta adalah wanita shalihah dari kaum Quraisy. Paling sayang terhadap anak-anak mereka dan paling perhatian terhadap suami mereka.
(dari Abu Hurairah diriwayatkan oleh Bukhari)
Pahala memberi Nafkah Kepada Isteri dan Anak-anak
Sabda Rsulullah SAW : “Sedinar yang diberikan di jalan Allah, atau untuk membebaskan budak, atau untuk dishadaqahkan kepada orang miskin dan atau nafkah keluarga, pahalanya lebih besar yang diberika sebagai nafkah keluarga” (HR. muslim dari Abu Hurairah)
Abu Hurairah bertanya : “Ya Rsulullah, shadaqoh apakah yangpaling utam ?”. Rasulullah menjawab : ”Jerih payahnya orang miskin dan mendahulukan (pemberian nafkah) kepada orang yang menjadi tanggunganmu” (HR. Ahmad, sesuai syariat muslim dan termasuk hadist shahih) .
“Makanan yang kamu berikan untuk dirimu sendiri adalah shadaqah bagimu, makanan yang kamu berikan kepada anak, isteri dan pembantumu juga shadaqah bagimu.” (HR. Ahmad dengan sanad baik)
“Barangsiapa mati lantaran bekerja untuk mencari harta halal maka mati dalam keadaan diampuni dosannya.” (HR. Ibnu Sakir dari Anas)
Tujuan pernikahan Islami
·         Memperbanyak Jumlah Umat Islam dan menggembirakan Rasulullah SAW
·         Manjaga kesucian diri dan taqarrub kepada Allah
·         Melahirkan generasi muslim
·         Manjaga kelagsungan keturunan manusia


Cara nabi mengatasi kemandulan
Ada seorang laki-laki yang datang kepada nabi dan berkata :
“Ya Rasulullah, saya belumpunya anak sama sekali.”
”Kenapa kamu tidak memperbanyak istigfar dan bershadaqah?” Sabda Nabi orang itu melakukannya, akhirnya ia mendapat enam anak.
”maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Q.S. Nuh :10-12)
“Barang siapa yang memperbanyak istigfar, Allah akan menguraikan kekusutan hatinya dan melapanngkan segala kesempitan dada serta memberikan rizki tanpa diduga-duga (HR. Ahmad dan Hakim dari Ibnu Abbas.
Sifat-sifat pendidik sukses:
·                     Penyabar dan tidak emosional
·                     Lamah lembut dan menghindari kekerasan
·                     Hatiya penuh rasa kasih sayang
·                     Memilih yang termudah dari dua perkara selama tidak berdosa
·                     Fleksibel
·                     Bersikap moderat dan seimbang
·                     Ada senjang waktu dalam memberi nasihat
Kabar Gembira untuk orang tua
“Apabila manusia mati, terputuslah amalnya kecuali dari 3 perkara :
Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yag mendoakan untuk oran tuanya” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Rasulullah SAW juga menerangkan bahwa setelah meninggal dunia, derajat si mayit masih bisa diangkat. Si mayit merasa terkejut dan berkata : “Ya Allah apakah ini?” Maka akan dijawab, “Itu (karena) anakmu selalu memintakan ampun untukmu
(HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
Anak-anak adalah hiasan dan ujian dalam kehidupan dunia
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran :14)
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” Al-Kahfi:46
Pertarungan Syaitan dan Manusia memperebutkan keturunannya
“Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka[861].”
(QS. Al-Isra’64)
[861]. Maksud ayat ini ialah Allah memberi kesempatan kepada iblis untuk menyesatkan manusia dengan segala kemampuan yang ada padanya. Tetapi segala tipu daya syaitan itu tidak akan mampu menghadapi orang-orang yang benar-benar beriman.
Keshalihan orang tua dan pengaruhnya terhadap anak-anak
”Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka[1426], dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur : 21)
[1426]. Maksudnya: anak cucu mereka yang beriman itu ditinggikan Allah derajatnya sebagai derajat bapak- bapak mereka, dan dikumpulkan dengan bapak-bapak mereka dalam surga.
Bahkan malaikat pun turut mendoakan seluruh keluarga yang shalih
”Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Mukmin :8)
Ancaman bagi orang yang tidak mau mengakui anak atau orang tuanya sendiri
“Barang siapa yang tidak mengakui anaknya karena hendak mempermalukannya di dunia, Allah Tabaraka wa Ta’ala akan mempermalukannnya pada hari kiamat di hadapan banyak saksi mata, (setimpal dengan perbuatanya) qishas dengan qishas.” (HR. Ahmad dan Thabrani dari Ibnu Umar).
“Sesungguhnya ada hamba-hamba Allah yang nanti pada hari kiamat tidak akan diajak bicara, tidak dibersihkan (dari kesalah mereka) dan tidak pula dipandang oleh-Nya.”
“Siapakah mereka itu, ya Rasulullah” tanya seorang sahabat. “Ialah anak yang tidak mau mengakui orang tuanya dan membenci keduanya, dan juga orang tua yanng tidak mau mengakui anaknya (HR. Ahmad dan Thabrani dari Muadz bin Anas)
Bentuk-bentuk Birrul walidain
1.      Memandang orangtua dengan pandangan cinta, penuh kasih dan gembira
“Seorang anak yang memandang kepada orangtuanya dengan pandangan cinta, akan dicatat Allah seperti amalan orang yang naik Haji Mabrur” (HR Ar-Rafi’i dan Al-Baihaqi)
2.      Bersikap lemah lembut dan ucapan yang baik
       “Dan Tuhanmu  telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat  baik  kepada ibu bapak. JIka salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah  kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil (  Qur’an surat Al-Isra (17): 23-24)
Imam Al-Bukhari menjelaskan tentang firman Allah diatas. Katanya:
“Tunduklah kepada ibu-bapakmu seperti seorang hamba kepada majikannya yang keras dan ganas.”
“Janganlah kau berjalan di depannya, jangan duduk sebelum dia duduk, jangan kau panggil dengan namanya, dan jangan kau memancing amarahnya.”
.     Suatu saat, ketika Rasulullah  sedang berada di Madinah, ibu susuannya datang mengetuk pintu rumahnya. Dengan segala hormat beliau mempersilakan ibunya masuk dan sorban yang melilit di kepala, dilepaskan, dan dihamparkan untuk alas duduk ibunya. .
1.      Meminta izin sebelum masuk ke kamarnya
“Dan apabila anak-anakmu sudah mencapai usia baligh, maka haruslah mereka meminta izin padamu (untuk masuk), seperti halnya orang-orang sebelum mereka.” (QS. An Nur 24:59)
2.      Berdiri menyambut ibu-bapak
“Siti Fatimah binti Rasul apabila ia datang mengunjungi Rasulullah saw beliau bangkit menyongsongnya, mencium dan mempersilahkan sang puteri duduk di tempat duduk beliau. Begitu juga jika Nabi Saw datang mengunjungi buah hatinya, Fatimah bangun menyongsong beliau, mencium dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya.” (HR. Abu Daud dan At-Turmudhi)
3.      Mendoakan ibu-bapak
Di antara do’a yang diajarkan Alloh swt. untuk orangtua  adalah QS. Al-Israa’ (17):24, & QS. Al-Mukmin (40):8.
Seorang anak boleh mendoakan orang tuanya yang non muslim agar dia mendapat hidayah. Akan tetapi jika orang tuanya telah meninggal, dalam keadaan kafir, maka seorang anak tidak perlu lagi mendoakannya.
4.      Meringankan beban keduanya
Dalam sebuah riwayat, di pelataran ka’bah terdapat seorang yang sedang thawaf sambil menggendong ibunya. Tujuh putaran sambil menggendong ibu tentu bukan pekerjaan ringan. Selesai putaran thawaf, orang itu menemui Rasululloh sambil bertanya, “Ya Rasululloh apakah berarti aku telah memberikan hak ibuku?” Rasul menjawab seketika itu,”Tidak bahkan seujung kuku pun tidak.”


5.      Mentaati selama bukan maksiat
“Aku orang yang sangat berbakti pada ibuku” kata Saad bin Abi Waqqas. Saad memang dikenal sebagai orang yang sangat hormat dan taat pada ibunya. Hubungan antara anak dan ibu ini membuat banyak orang iri. Sangat harmonis. Penuh kasih sayang.
Hingga suatu hari, Mekkah jadi saksi keislaman Saad. Ibunya, Hamnah binti Abu Sufyan segera mengetahui keislaman putranya yang dikasihinya itu. Dari sinilah munculnya persoalan. Sang Ibu tidak menyetujui perubahan pada anaknya. Ibunya tetap menginginkan Saad pada keyakinan nenek moyangnya.
Sebagai usaha agar Saad mau mengurungkan niatnya, ibunya mengancam, “Kamu tinggalkan agamamu itu atau aku tidak makan dan tidak minum hingga aku mati dan kamu akan dihina manusia sebagai pembunuh ibunya sendiri.
Pagi itu ibunya benar-benar tidak makan. Hingga malam tiba tidak sebutir gandum dan setetes air pun yang masuk ke tubuhnya. Saad hanya diam. Pagi hari kedua, ibunya tetap bersiteguh tidak mau makan dan minum. Kondisinya menjadi lemah. Malam itu Saad yang menyaksikan ibunya yang tidak memiliki tenaga, masih tetap diam. Memasuki hari ketiga, ibunya tidak main-main. Dia tetap tidak mau menyentuh makanan dan minuman. Keadaannya makin memprihatinkan.
Barulah pada hari berikutnya, Saad menunjukkan sikapnya, “Ibunda, kalau ibu mempunyai seratus nyawa dan nyawa ibu keluar satu persatu, aku tidak akan meninggalkan agamaku ini. Jika ibu mau, makanlah dan jika ibu memilih tidak mau makan maka silakan.””Melihat kesungguhan Saad, ibunya yang sudah tidak berdaya itu akhirnya mau makan.Mengenai kisah Sa’ad ini Rasul pernah memberikan batasan,
“Tidak boleh taat kepada makhluk untuk maksiat kepada Kholik (Pencipta).” (HR. Muslim dan Tirmidzi).

Wallahu ‘alam bishowab
Alhamdulilaahirabbil’alamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar